Alhamdulillah guys, saat ini Allah dengan Rahmatnya masih mengizinkan kepada kita untuk saling menyapa walau hanya dengan tulisan, saling menasihati meski via blog, dan saling berkasih sayang walaupun tak kenal satu sama lain. Ya itulah nikmatnya hidup dalam kebaikan, nyamannya hidup dalam naungan islam. Intinya fastabihul khairot alias berlomba-lomba dalam kebaikan.
Di edisi tulisan kali ini saya ingin mengutip sebagian cerita menarik mengenai peristiwa dahsyat yang mungkin sudah begitu akrab telinga kita belakangan ini dan telah menjadi headline di beberapa media cetak maupun elektronik, dalam dan luar negeri. Yes, tak lain dan tak bukan adalah kabar tentang musibah gempa dan tsunami yang terjadi di Jepang beberapa pekan yang lalu. Bencana itu telah menghancurkan sebagian wilayah jepang dan tercatat hingga saat ini korban tewas sudah mencapai 1000 orang, serta ratusan ribu warga lainnya mengungsi. Namun tak disangka kawan, kesulitan tak berhenti sampai disana, akibat terjangan gempa tsunami nan dahsyat sebuah PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) Fukushima Daichi di provinsi Miyagi jepang rusak. Parahnya lagi sebagian dari reaktor nuklir di PLTN tersebut pun ikut mengalami gangguan terutama pada bagian alat pendingin reaktor yang 99% rusak berat akibat hantaman badai tsunami. The impact had been seen, suhu di dalam reaktor menjadi sangat tinggi dan komponen-komponen nuklir yang terkandung pun menjadi tak stabil dan ini jelas-jelas menjadi ancaman yang amat sangat serius tidak hanya bagi negeri jepang tetapi bagi dunia. Betapa tidak, jika kondisi krisis ini tidak segera di antisipasi secara tepat dan cepat, maka radiasi dari bahan-bahan radioaktif akan menghantui seluruh warga dunia termasuk Indonesia. Bahkan saat ini korban jiwa yang tewas akibat rusaknya reaktor nuklir Fukishima Daichi telah memasuki angka 10 orang yang semuanya merupakan para pekerja yang saat kejadian sedang berusaha untuk memadamkan serta memperbaiki alat pendingin yang menjadi instrumen penting pada reaktor nuklir. Ada sebuah kisah menarik mengenai usaha sekelompok masyarakat negeri matahari terbit itu guna menyelamatkan sekaligus meminimalisir dampak radiasi nuklir yaitu yang dikenal dengan Rangers of Fukushima 50. Apa dan siapa sebetulnya Rangers of Fukushima 50? Dan apa hubungannya dengan misi penyelamatan reaktor nuklir? Mari kita simak kisah dan fakta selengkapnya.
SEBUAH pesan dikirimkan seorang pekerja PLTN Fukushima Daii-chi kepada keluarganya. Isinya, "Kami sedang melakukan misi bunuh diri. Kami menerima nasib ini seperti menerima hukuman mati." Pesan itu dikirimkan dari daerah yang paling tinggi level radiasinya, di pusat radiasi. Pengirimnya salah seorang pahlawan Fukushima 50. Fukushima 50 adalah pekerja Fukushima Daiichi yang dengan sukarela tinggal di dalam PLTN dengan satu tekad menyelamatkan reaktor! Risikonya adalah nyawa mereka atau setidak-tidaknya menderita penyakit mengerikan hingga akhir hayatnya. Upaya penyelamatan itu sudah merenggut lima nyawa. Yang ada di benak mereka adalah bagaimana kalau reaktor itu meledak dan radiasi nuklir tersebar ke berbagai penjuru dunia. Mereka memilih untuk mengorbankan dirinya untuk sebisa mungkin menyelamatkan jumlah manusia yang lebih banyak lagi.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menyebut mereka pahlawan, yang bahkan tidak berpikir dua kali" mengenai bahayanya.
Pasalnya, mereka tidak mementingkan keselamatan nyawanya sendiri. Mereka sesungguhnya pahlawan buat dunia, bukan buat Jepang saja. "Kalian satu-satunya yang dapat membantu mengatasi krisis saat ini," kata Kan memuji Fukushima 50.
Di dalam reaktor, mereka berupaya menyalakan gudang sistem pendingin reaktor dengan mengenakan baju pelindung yang menurut para ahli, hanya bisa mencegah sedikit kontaminasi. Apalagi tingkat radiasinya sudah mencapai skala enam dari tertinggi skala tujuh, mendekati bencana Chernobyl 25 tahun lalu. Fukushima 50 terdiri atas teknisi garis depan dan para pemadam kebakaran yang tahu persis kondisi PLTN. Keberadaan mereka di pusat radiasi itu semula tidak diketahui. Sekitar 750 karyawan PLTN memang sudah dievakuasi dari sana. Orang mengira tak ada yang tinggal di sana. Keberadaan mereka mulai terungkap setelah media setempat menyiarkan wawancara dengan kerabatnya. Seorang kerabat sukarelawan Fukushima 50 mengatakan, ayahnya yang sudah berusia 59 tahun menjadi sukarelawan dan memilih tetap tinggal di Fukushima. "Saya dengar dia merelakan diri meskipun 1,5 tahun lagi akan memasuki masa pensiun Mendengar itu, saya menangis," kata perempuan yang tidak disebutkan identitasnya seperti dimuat Daily Mail, Jumat (18/3).
"Di rumah, ayah tidak seperti seorang lelaki yang bisa menangani pekerjaan besar dan penting, tetapi hari ini saya sangat bangga. Saya berdoa agar dia bisa kembali dengan selamat," katanya lagi. Seorang gadis dengan cemas menanti kabar ayahnya Dia menceritakan tak pernah melihat ibunya menangis sedemikian hebat "Orang-orang di reaktor sedang berjuang mengorbankan hidup mereka untuk melindungi kami semua. Ayah, kumohon, kembalilah dengan selamat" tulis gadis itu di akun Twitterya.
"Masa depan reaktor nuklir bergantung pada bagaimana kami mengatasi krisis ini. Saya lora, ini adalah misi saya untuk menolong," kata seorang sukarelawan kepada anak perempuannya.
"Mereka mengorbankan diri mereka sendiri untuk warga Jepang. Saya mengucapkan terima kasih yang amat sangat kepada mereka yang meneruskan kerjanya di sana," kata Fu-kuda Kensuke, seorang pekerja kerah putih di Tokyo.
"Mereka menempatkan hidupnya di garis yang tepat Jika tempat itu meledak, itu adalah akhir kami semua. Jadi, apa yang bisa saya lakukan adalah mendorong mereka," kata Maeda Akihiro.
Apa yang dilakukan Fukushima 50 adalah berat bagi keluarganya yang duduk dan menunggu kabar di rumah. Mereka tak tahu apa bahaya yang tengah dihadapi orang yang dicintainya, cacat apa yang bakal dideritanya, dan masalah apa yang akan dihadapi dalam beberapa tahun mendatang. "Saya tak ingin dia pergi. Akan tetapi, dia sudah bekerja di industri nuklir sejak umur 18 tahun dan dia percaya, itu aman," kata istri salah seorang anggota Fukushima 50. Menurut Michiko Otsuki, karyawan Tepco (pengelola PLTN Fukushima), saat reaktor No. 2 hancur diterjang tsunami, semua orang bekerja mati-matian untuk memperbaikinya. "Kami memaksa diri untuk terus bekerja melawan rasa lelah dan perut kosong," kata Michiko. Mereka juga bekerja dalam ketidakpastian nasib keluarganya di rumah.
The New York Times melaporkan, para pekerja itu merupakan kelompok terakhir yang dipertahankan di PLTN Fukushima Daiichi. Dengan bermodalkan senter, mereka memantau perkembangan terkini, seperti ledakan hidrogen yang telah terjadi berkali-kali sambil mencari cara agar perangkat inti PLTN tidak ikut hancur. Jika itu terjadi, akibatnya fatal. Zat radioaktif bisa menyebar dalam skala besar. Kini, jumlah Fukushima 50 itu bertambah menjadi 180 orang. Pengorbanan Fukushima 50 ini sungguh luar biasa. Pasalnya, saat banyak orang memilih pergi sejauh mungkin dari kawasan nuklir, mereka justru berada sangat dekat dengan tempat berbahaya itu. Total lima belas orang mati akibat ledakan reaktor nuklir di PLTN Fukushima. Salah seorang ahli nuklir kepada televisi NHK mengatakan, keadaan di PLTN Fukushima sangat mengerikan dan berbahaya. Tingkat radiasi sebesar 100 mSv perjam saja akan menyebabkan terjadinya kemandulan kepada pria. Sementara para pekerja Fukushima 50 sudah tinggal di sana lebih dari 12 jam per harinya.
Apa yang dilakukan Fukushima 50 tidak dapat dinilai dengan uang atau materi lainnya. Apalagi kita semua saat ini bergantung kepada mereka. Dukungan terus diberikan kepada mereka, baik melalui doa maupun ucapan via media sosial seperti Facebook dan Twitter. "Mereka adalah orang-orang terhormat. Jika Hadiah Nobel merupakan penghargaan tertinggi di dunia ini, Fukushima 50 layak mendapatkan itu," tulis salah satu akun di Twitter. Tentu saja, Fukushima 50 layak untuk menjadi pahlawan dunia. Mereka bukan tokoh heroik rekaan seperti Superman dan Batman. Mereka lebih hebat dari semua pahlawan yang pernah diciptakan. Mereka adalah tokoh nyata yang punya istri, anak, kekasih, binatang peliharaan yang harus ditinggalkan demi menjalankan tugas kemanusiaan luar biasa, menyelamatkan dunia dari ancaman radiasi nuklir.
Kisah yang sangat mengharukan bukan?. Jiwa rela berkorban yang ditamengi rasa penuh tanggung jawab dan dipersenjatai oleh keberanian telah membuat Fukushima 50 layak diberi gelar pahlawan kendatipun hal tersebut pasti bukanlah motivasi yang melatarbelakangi aksi kepahlawanan mereka. Sebab ini lah mungkin yang dikatakan sebagai “bekerja dengan hati”. Ya seriously !!!
Kejadian di atas benar-benar memberikan banyak hikmah dan membuka pikiran saya bahwa dalam menjalani hidup dibutuhkan suatu effort yang kuat dan keberanian yang keras. Rasullullah pun menyatakan jika “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT dari pada mukmin yang lemah dalam setiap amal kebaikan” (HR. Muslim). Oleh karena itu, sudah selayaknya saya harus menjadi mukmin yang kuat agar di hidup yang singkat ini, saya mampu memberi manfaat bagi banyak orang. Kemudian sikap rela berkorban dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi banyak orang, secara konstruktif harus betul-betul tercermin dalam jiwa dan raga kita sekalian tanpa terkecuali. Sebab hanya mereka yang selalu melakukan hal konkrit bagi lingkungannya lah yang akan terus dikenang sebagai seorang pahlawan. “sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang banyak memberi manfaat bagi orang lain”. Elemen penting lain yang saya dapatkan dari kisah tersebut adalah bahwa dalam berbuat suatu kebaikan jangan sampai didasari atas keinginan untuk dipuji apalagi dilihat oleh orang lain. Hal itulah yang begitu haru dan apik dicontohkan oleh Fukishima 50. Mereka rela terus-menerus bekerja serta memantau aktivitas reaktor nuklir meskipun masyarakat atau pemerintah setempat tidak tahu-menahu perihal keberadaan mereka di daerah rawan radiasi itu. Setelah sekian lama barulah diketahui bahwa ternyata masih ada para pekerja yang masih melakukan tindakan antisipatif di area berbahaya tersebut, AMAZING !!! Ya entah mengapa lagi-lagi saya merasa diingatkan oleh Allah SWT, sebagai seorang muslim sudah semestinya kami melakukan hal yang sedemikian, bukannya malah berlomba-lomba berbuat kebajikan supaya keliatan bagus didepan bos, atasan, pacar, sampe tunangan. Wuhh weleh-weleh. Padahal Rasulullah SAW pun telah bersabda “beribadahlah (berbuat kebajikan) seolah-olah kalian melihat Allah SWT, jika kalian tidak melihat dan niscaya pasti kalian tidak akan mampu maka yakinlah bahwa Allah SWT melihat perbuatan kalian”. Dari sini kita harus yakin bahwa cukuplah Allah yang menjadi saksi atas segala perbuatan yang kita lakukan. Bagi kawan-kawanku janganlah kalian ragu untuk berbuat baik walaupun hal yang kalian lakukan hanya sesuatu yang kecil. Biarkan orang lain menganggap aneh atas perbuatan yang kau perbuat. Karena boleh jadi di masa yang akan datang mereka akan terpanah melihat kesuksesan dan kepahlawananmu. Berusahalah untuk menjadi pahlawan serta melakukan hal terbaik dimanapun engkau berada. Jika saat ini kalian berada di rumah jadilah pahlawan dan anak terbaik bagi kedua orang tuamu. Jika sedang bersama sahabat-sahabatmu jadilah pahlawan dan sahabat terbaik bagi mereka. Jika kalian adalah seorang pemimpin jadilah pahlawan dan pemimpin terbaik bagi semua staf-stafmu. Atau jika sekarang kalian masihlah seorang bawahan maka jadilah pahlawan dan bawahan terbaik bagi keberhasilan pemimpinmu. Ya pada intinya do the best everywhere and everytime. Ketahuilah wahai saudaraku bahwa “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada sosokmu dan hartamu tetapi Dia akan melihat kepada hatimu dan amalanmu”.
Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggamaNya, semoga tulisan ini mampu mengoreksi diri saya pribadi khusunya dan kita semua pada umumnya bahwa ternyata masih banyak perilaku-perilaku serta sifat-sifat buruk yang harus diperbaiki dan mudah-mudahan dapat memotivasi kita agar senantiasa bersemangat untuk memberikan kontribusi aktif, solutif nan kreatif bagi kejayaan umat, bangsa, dan negara. Janganlah takut apalagi bersedih hati kawan, karena Allah SWT pasti memberikan jalan dan petunjuknya selama kita do the best dan yakin akan rahmatNya. Yang pasti tetap berjuang dan terus berusaha melakukan hal terbaik, ngga apalah meski cuma hal sederhana yang penting ridha Lillahi ta’ala, hehe. Seperti firman Allah SWT “ Sesungguhnya yg paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yg paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Melihat lagi Maha Mengenal.” (QS Al hujurat 13)
Mohon maaf jika di dalam tulisan ada pikiran atau pendapat yang salah, Wallahu’alam Bis Shawab.
Thank you very much !!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar